Pendidikan

Hari Pers Paling Kelam Sepanjang Sejarah Di Riau Killing The Press With Power

38
×

Hari Pers Paling Kelam Sepanjang Sejarah Di Riau Killing The Press With Power

Sebarkan artikel ini
Hari Pers Paling Kelam Sepanjang Sejarah Di Riau
Hari Pers Paling Kelam Sepanjang Sejarah Di Riau

Pantaunews.co.id – 9 Februari menjadi momen yang selalu diperingati sebagai Hari Pers Nasional atau HPN. Peringatan Hari Pers Nasional di Riau diwarnai oleh kontroversi terkait penerbitan Peraturan Gubernur Riau Nomor 19 Tahun 2021. Peraturan ini dianggap mendiskriminasi ratusan institusi media di Riau, terutama media-media kecil yang masih dalam tahap berkembang.

Wahyudi El Panggabean, seorang wartawan senior, menyebut momen ini sebagai salah satu titik paling kelam dalam sejarah pers di Riau, dengan menyatakan bahwa peraturan tersebut merupakan bentuk “pembunuhan pers lewat kekuasaan”

Hari Pers Nasional Diresmikan pada 9 Februari 1946.

Nah kini, telah menginjak usia 76 tahun, pada Kamis, 9 Februari 2022. Peraturan tersebut menimbulkan kekhawatiran karena berpotensi membatasi kebebasan pers dan menghambat pertumbuhan media lokal yang belum memenuhi standar tertentu.

Alih-alih memberikan pembinaan, peraturan ini dinilai lebih condong pada diskriminasi terhadap media yang masih dalam tahap perkembangan. Wahyudi mengimbau agar pemerintah daerah bersikap lebih adil dan memberikan kesempatan bagi media kecil untuk tumbuh dan berkembang.

Adapun puncak perayaan berlokasi di Pekanbaru, Riau.

Namun, di balik perayaan HPN dari masa ke masa, ternyata ada banyak sekali kejadian maupun tindakan kekerasan yang masih saja menimpa para awak jurnalis atau wartawan Indonesia.

1. Enam wartawan dianiaya orang berseragam tentara di Sumatera Barat

2. Kantor Harian Orbit dirusak OTK di Sumatera Utara

3. Kartu memori kamera wartawan TVOne dirampas Polisi di Jakarta

4. Kekerasan terhadap wartawan di Apartemen Cempaka Mas, Jakarta

5. Kekerasan di kantor TVRI Gorontalo

6. Kekerasan terhadap pimpinan koran mingguan di Palembang, Sumatera Selatan

Kontroversi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh pers di Riau dalam mempertahankan kebebasan dan independensinya, terutama bagi media-media kecil yang berjuang untuk eksis di tengah tekanan regulasi dan persaingan.